Bersama Forkopimda, Dandim Tulungagung Laksanakan Penghijauan di Jalur Lintas Selatan
Tulungagung – Komandan Kodim 0807 Tulungagung Letkol Czi Nooris Agus Rinanto S.I.P bersama Forkopimda mendampingi Bupati Tulungagung Drs. Maryoto Birowo, M.M melaksanakan penghijauan secara simbolis tepi Jalur Lintas Selatan (JLS) Desa Ngrejo Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung Jawa Timur, Selasa (07/02/2023).
Kegiatan menanam bibit durian musang king secara simbolis oleh anggota Forkopimda Tulungagung ini merupakan tanda dimulainya gerakan penanaman pohon di sepanjang jalan proyek strategis nasional. Menurut Bupati Tulungagung Drs. Maryoto Birowo, M.M, JLS atau disebut juga Jalur Pansela (Pantai Selatan) harus dilindungi dari kerusakan akibat bencana alam.
“Jalur Pansela yang sudah bagus ini, akan percuma jika kita tidak membentuk lingkungannya. Bencana longsor akan cepat merusaknya,” ucap Bupati Tulungagung.
Sebelumnya, saat anomali cuaca sekitar Oktober 2022 lalu terjadi banyak longsor di sepanjang JLS Popoh-Ngrejo. Bahkan, ada sejumlah titik longsor yang sampai menutup badan jalan. Kondisi ini, dipicu karena tebing di sepanjang JLS gundul tanpa pohon dan hanya ditanami jagung.
“Kalau sering terjadi bencana dan JLS ini rusak, maka akan kurang memberi manfaat untuk kita. Makanya harus juga jaga lingkungannya,” tegas Bupati Tulungagung.
Diakuinya, kerusakan lingkungan selama ini dipicu alih fungsi hutan menjadi tanaman jagung. Karena itu, harus ada perubahan pola pikir warga agar memperhatikan kelestarian lahan. Ia juga menegaskan, tetap boleh menanam jagung di area lahan hutan. Namun, harus ada upaya perlindungan dengan menanam tanaman keras di lahan garapan. Setidaknya di batas lahan garapan masing-masing petani.
“Hanya di batas tanah garapan, harus ditanam tanaman keras. Bisa dengan tanaman produktif, seperti buah-buahan atau dadap B dan kaliandra yang bisa dimanfaatkan untuk ternak,” tegasnya.
Tanaman keras ini, akan melindungi setiap lahan garapan setiap kali terjadi hujan deras. Pepohonan ini akan menahan tanah yang terbawa aliran air hujan. Perubahan pola pikir ini, harus terjadi di seluruh petani penggarap lahan hutan.
“Kalau tidak dimulai sekarang, maka anak cucu kalian tidak akan kebagian karena semuanya sudah rusak,” ucap Bupati berusia 69 tahun tersebut.
Ia juga menambahkan, hutan gundul ini juga merusak infrastruktur Kabupaten Tulungagung. Dicontohkannya jalan raya Campurdarat-Besuki yang setiap musim hujan mendapat kiriman air bercampur lumpur dari gunung.
Jalan aspal serta saluran irigasi terendam air dan lumpur hingga mengalami kerusakan parah. Selain itu dampak kerusakan infrastruktur serta penderitaan warga yang terdampak banjir tidak sebanding dengan hasil pertanian yang mengorbankan kelestarian hutan ini.
“Memang ada kesempatan kerja dengan menggarap lahan hutan, ekonomi warga meningkat. Namun harus ada upaya perlindungan agar tidak terjadi bencana,” tandasnya.