Festival Jaranan Trenggalek 2025 Resmi Dibuka, Dandim 0806: Seni Jaranan Adalah Jati Diri Bangsa
Trenggalek – Semangat melestarikan budaya lokal kembali menggema di Kabupaten Trenggalek. Minggu malam (28/9/2025), Festival Jaranan Trenggalek Terbuka (FJTT) ke-29 resmi dibuka di Alun-alun Kabupaten Trenggalek. Acara ini dibuka langsung oleh Dandim 0806/Trenggalek, Letkol Inf Isnanto Roy Saputro, S.H., M.Si., bersama jajaran Forkopimda.
Festival yang rutin digelar tiap tahun itu menjadi magnet masyarakat untuk menyaksikan sekaligus merayakan kekayaan seni tradisional khas Jawa Timur. Ribuan penonton memadati Alun-alun sejak sore hingga malam hari, menunggu penampilan spektakuler kelompok-kelompok seni jaranan dari dalam maupun luar Trenggalek.
Letkol Roy menegaskan pentingnya FJTT sebagai ruang berkumpul, berkolaborasi, dan nyawiji untuk menjaga kelestarian seni jaranan. “Di Alun-alun Trenggalek ini kita berkumpul bersama nyawiji untuk berfestival jaranan terbuka yang ke-29. Ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga ikhtiar regenerasi seni jaranan agar tidak lekang oleh zaman,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa seni jaranan tidak hanya sebatas hiburan rakyat. “Diharapkan seni jaranan mampu berkontribusi ikut menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan tetap mengokohkan jati diri kita sebagai bangsa timur yang penuh dengan peradaban yang luhur,” lanjutnya.
Festival Jaranan Trenggalek ke-29 akan berlangsung selama enam hari, dari 28 September hingga 4 Oktober 2025. Ratusan peserta ikut serta, mulai dari tingkat SD/MI, SMP, SMA, hingga kelompok umum se-Kecamatan Trenggalek. Tak hanya itu, peserta dari luar daerah seperti Tulungagung, Kediri, Blitar, hingga Malang juga turut meramaikan ajang ini.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin atau Gus Ipin, dalam sambutannya menegaskan bahwa jaranan adalah warisan budaya yang harus terus dipelihara di tengah gempuran era digital. “Kita patut bangga, Trenggalek bisa menjadi rumah besar bagi seni jaranan. Ini bukan sekadar atraksi, melainkan bagian dari identitas kita yang harus diwariskan ke generasi penerus,” katanya.
Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara, menambahkan bahwa FJTT juga berdampak positif bagi perekonomian lokal. “Setiap festival selalu membawa berkah. Pedagang makanan, pengrajin aksesoris jaranan, hingga sektor wisata ikut merasakan manfaat. Jadi melestarikan budaya bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga menggerakkan perekonomian rakyat,” jelasnya.
Suasana pembukaan berlangsung meriah. Dentuman gamelan, tabuhan kendang, dan gerakan magis para penari jaranan membuat penonton larut dalam atmosfer budaya Jawa Timur. Sorot lampu di panggung utama menambah kesan dramatis, menciptakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Trenggalek yang sukses mempertahankan salah satu identitas budayanya.
Bagi para seniman, festival ini bukan sekadar panggung unjuk kemampuan, melainkan juga ajang silaturahmi. “Kami senang bisa ikut serta. Selain melestarikan budaya, ajang ini juga mempererat persaudaraan antar-daerah,” ungkap salah satu peserta asal Blitar.
Ke depan, Pemkab Trenggalek bersama Kodim 0806 berkomitmen menjadikan FJTT sebagai agenda tahunan berskala lebih besar. Harapannya, festival ini mampu menarik wisatawan nasional hingga mancanegara sehingga seni jaranan bisa menjadi daya tarik budaya sekaligus penggerak ekonomi kreatif.
Festival Jaranan Trenggalek ke-29 membuktikan bahwa warisan budaya tetap hidup ketika dijaga bersama. Kehadiran TNI bersama Forkopimda di tengah masyarakat bukan hanya sebatas pengamanan, melainkan juga simbol bahwa seni dan budaya adalah bagian penting dari pertahanan bangsa.